artikel 2

Permintaan Meningkat Jadi 17,9 Juta Ton, Impor Baja RI Naik 14%

Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (The Indonesian Iron and Steel Industry Association/IISIA) mengatakan, permintaan baja Indonesia meningkat pada 2023. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, impor baja pun melonjak, mencapai 14% untuk semua produk.
Dalam agenda Media Briefing Menjelang IISIA Business Forum 2023: Industri Baja Nasional Untuk Kemandirian Bangsa, Senin (6/11/2023), Ketua IISIA sekaligus Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) Purwono Widodo mengatakan permintaan baja nasional meningkat.

“Kita hitung 2023 konsumsinya di 17,9 juta ton. Itu meningkat sekitar 5% dari 2022,” ucap Purwono.

Dengan total konsumsi 17,9 juta ton, Purwono menjelaskan Indonesia mampu memproduksi 14,4 juta ton baja pada 2023. Oleh sebab itu, jumlah kebutuhan impor juga melonjak. Ia menjelaskan angkanya sekitar 14% untuk semua produk baja.

“14% untuk semua produk baja HS 72 (komoditas bijih dan besi),” jelasnya.

Di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), Purwono mengatakan bahwa pihaknya memerlukan impor 6,7 ton komoditas bijih dan besi untuk 2023. Sementara mulai Januari sampai Oktober ini, sudah 5,4 juta ton yang terealisasi.

Namun, Purwono menjelaskan bahwa KRAS hanya mengimpor bahan baku produksi untuk menghasilkan sejumlah produk seperti baja lembar panas (HRC) dan baja lembaran dingin (CRC). Di antara bahan baku yang diimpor tersebut adalah slab baja, iron ore, dan coking coal.

Purwono menjelaskan total 14% impor produk baja tersebut mayoritas dilakukan oleh berbagai perusahaan swasta untuk berbagai produk di luar bahan baku.

“Oh, iya, impor terutama di luar KRAS. Kalau KRAS banyak melakukan impor bahan baku. Tapi kalau (impor) slab tahun ini menurun tajam. Turun tajam impornya,” bebernya.